July 27, 2009
Love Shall Set You Free
LOVE SHALL SET YOU FREE [Cinta yang Membebaskan ]
Memberi... Memberi apa saja yang diperlukan oleh orang yang kita cintai untuk tumbuh menjadi lebih baik dan berbahagia karenanya. Cinta itu indah , karena ia bekerja dalam ruang kehidupan yang luas. Dan inti pekerjaannya adalah
Cinta … Laksana badai topan kau tak melihatnya, tapi kau merasakannya. Ia begitu dahsyat sampai kadang tidak dapat ditembus oleh pikiran yang paling sehatpun. Itulah cinta , ia harus jadi kata tanpa benda, ia ditakdirkan menjadi makna paling santun yang menyimpan kekuatan besar. Cinta adalah kata pertama yang menghiasi cakrawala aksara, nama untuk beragam perasaan, muara bagi ribuan makna, wakil dari sebuah kekuatan tanpa tanding.
Tapi bukan itu yang akan saya bahas dalam hal ini, saya hanya mencoba memanajemen cinta itu dengan menggunakan bingkai versi saya yang mungkin sangat sulit disebut The great thinking, tapi berharap mempunyai makna yang dalam minimal untuk diri sendiri., agar cinta tidak keluar dari jalurnya sendiri.
Para pecinta sejati hanya mengenal satu pekerjaan besar dalam kehidupan mereka : Memberi, dan selamanya begitu. Menerima? Mungkin, atau bisa juga jadi pasti! Tapi itu efek , hanya efek. Efek dari apa yang mereka berikan. Seperti cermin kebajikan yang memantulkan kebajikan yang sama. Sebab adalah sebuah hakikat dialam kebajikan bahwa setiap satu kebajikan akan mengajak saudara-saudara kebajikan yang lain untuk ikut dilakukan juga.
Itu juga yang membedakan para pecinta sejati dengan para pecinta palsu. Kalau kamu mencintai seseorang dengan tulus , maka ukuran ketulusanmu adalah apa yang kamu berikan padanya untuk membuat kehidupannya menjadi lebih baik. Maka kamu adalah air, maka kamu adalah matahari, ia tumbuh dan berkembang dari siraman airmu, ia besar dan berbuah dari sinar cahayamu.
Para pecinta sejati tidak suka berjanji, tapi begitu mereka memutuskan untuk mencintai seseorang, mereka segera membuat rencana memberi. Setelah itu mereka bekerja dalam diam dan sunyi untuk mewujudkan rencana-rencana mereka. Janji menerbitkan harapan , tapi pemberian melahirkan kepercayaan.
Kalau intinya cinta adalah memberi, maka pemberian pertama seorang pecinta sejati adalah perhatian. Kalau kamu mencintai seseorang kamu harus memberikan perhatian penuh kepada orang itu. Perhatian yang lahir dari lubuk hati yang paling dalam. Perhatian adalah pemberian jiwa, semacam penampakan emosi yang kuat dari keinginan baik kepada orang yang kita cintai.
Orang-orang yang seringkali hanya mengambil bagian tengah dari cinta : Emosi. Dalam kehidupan mereka cinta adalah gumpalan perasaan yang romantis dan penuh keindahan. Mereka bahkan seringkali bisa memutuskan untuk mempertahankan suatu penderitaan karena mereka menikmati romantikanya : hidup di gubuk derita, makan sepiring berdua. Mereka itu melankolik, karenanya kehidupan cinta mereka tidak berkembang.
Cinta adalah sebuah totalitas. Disana gagasan, Emosi dan tindakan bergabung jadi satu kesatuan yang utuh dan bekerja bersama untuk kebaikan dan kebahagiaan orang-orang yang kita cintai. Orang-orang dengan kepribadian yang lembek tidak bisa mencintai dengan kuat. Para pecinta sejati selalu datang dari orang-orang dengan kepribadian yang kuat dan tangguh.. Mereka yang ingin menjadi pecinta sejati harus lebih dulu membenahi dan mengembangkan kepribadiannya. Menggagas bagaimana orang yang kita cintai tumbuh dan berkembang menjadi lebih baik. Mempertahankan “ keinginan baik “ kepada orang yang kita cintai secara konstan dan terus menerus melakukan pekerjaan-pekerjaan untuk membahagiakan mereka, hanya punya satu makna : Itu pekerjaan orang kuat. Cinta adalah pekerjaan orang kuat. Dan kekuatan seorang pecinta sejati adalah mereka pemerhati yang serius. Mereka memperhatikan orang yang mereka cintai secara intens dan menyeluruh. Mereka berusaha memahami latar belakang kehidupannya dan menyelidiki seluk beluk kehidupan hatinya, mencoba menemukan karakter jiwanya. Itu tidak berarti bahwa pecinta sejati mengintervensi kehidupan pribadi mereka dan mengatur kehidupannya secara paksa atas nama Cinta. Tidak!! Yang dilakukan pecinta sejati adalah menginspirasi orang yang dicintainya untuk meraih kehidupan yang paling bermutu yang mungkin ia dapat raih dengan keseluruhan potensi yang ia miliki.
Yang ingin saya tegaskan sekali lagi disini adalah semua pekerjaan jiwa tersebut harus dilakukan dengan tulus, artinya tanpa mengharap balasan . Kita melakukannya atas nama Cinta yang pemahamannya luas, bukan cinta sempit yang berpikiran rumit. Disana hanya ada Emosi dan nafsu.
Jadi bebaskanlah cinta sebebas cinta itu sendiri. Cinta yang membebaskan, karena cinta memang tidak butuh tali. Seperti kata Gibran “ Aku mencintaimu dengan bebas, jadi kapanpun kau ingin berlabuh, disana senyumku selalu menunggumu”. Pecinta sejati hanya memberikan cinta sejatinya kepada yang maha Agung. Seharusnya cinta berawal dan berakhir pada Allah, maka cinta pada yang lain hanyalah upaya merealisasikan cinta pada-NYA. Saya punya sebuah kisah sepasang suami istri yang menikah atas dasar cinta kepada Allah, pada saat awal pernikahan mereka sang suami berkata “ Aku tidak mempunyai apa-apa yang patut dibanggakan tapi aku punya tanggung jawab untuk tidak menyia-nyiakanmu, aku menghitung ini semua sebagai investasi akhiratku dihadapan Allah. Ingatlah kita sedang membangun peradaban, kita mengemban misi dakwah dengan pernikahan ini.” Sang suami menatap dalam mata istrinya. “ Aku tidak memilihmu karena apa-apa, aku hanya yakin engkau dapat membawaku menghadap Allah, aku berusaha mampu memberikan semua yang kau perlukan untuk investasi itu “. Jawab sang istri sambil memainkan cincin perkawinannya.. “ Baiklah ini Visi kita, pelayaranpun baru kita mulai, akan banyak badai didepan. Bantu aku menghadapinya.” Mereka tersenyum penuh makna.
Hal pertama yang harus kita lakukan adalah jangan mengharap sesuatu saat kita memberikan cinta kepada orang lain, ingatlah bahwa konteks kecintaan kita adalah kecintaan sejati pada Allah, bukan duniawi, karena cinta duniawi bersifat egois dan cenderung menipu, cinta yang hanya mementingkan diri sendiri, cinta yang terbangun oleh obsesi ingin memiliki. Cinta dijadikan spekulasi, mencintai harus saling memiliki. Cinta seperti ini amat berbahaya, orang yang gagal dalam percintaan konteks ini setidaknya akan mengalami dua hal. Pertama : Penghancuran diri sendiri, seperti stress, menyiksa diri dan akhirnya Harakiri. Kedua : Menghancurkan obyek yang dicintai, dengan tujuan agar orang tersebut mengalami penderitaan yang sama. Cinta seperti ini tidak bisa disebut cinta., yang seharusnya bila kita mencintai adalah kita mempunyai hati yang besar untuk dapat menampung cinta orang yang kita cintai kepada orang lain. Dengan begitu maka akan timbul pertanyaan : sebesar apakah hati yang dapat menampung cinta di seluruh semesta ini ?…” Sebesar cinta itu sendiri “.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment